Pages

1st post: Jawab Pertanyaan LINIMASA

14.12.14
Q: Dua film apakah yang sudah ditonton tahun ini dan paling membekas dalam benak Anda sampai sekarang?

A: Changeling (2008) & The Machinist (2004)

Changeling
Diangkat dari kisah nyata seorang ibu tunggal di Amerika Serikat yang kehilangan putranya pada tahun 1928. Dimana pada era itu kepolisian Amerika Serikat (LAPD) banyak melakukan kamuflase atas kinerjanya, demi pencitraan pada masyarakat dan media setempat.
Berawal dari kepulangan Christine Collins (Angelina Jolie) ke rumahnya dipinggir kota selepas kerja, ia menemukan anaknya Walter (Gattlin Griffith) tidak berada di rumah. Tak pelak Christine panik mencari sampai meminta bantuan LAPD untuk menemukan Walter. Beberapa bulan kemudian LAPD mengkalim bahwa mereka telah menemukan anak yang ‘sangat’ mirip ciri-cirinya dengan Walter Collins. Bagi LAPD, Walter telah ditemukan. Namun tidak bagi Christine. Bocah laki-laki itu bukan anaknya. Hal ini mulai menarik perhatian media. Usaha Christine untuk membuktikan bahwa LAPD melakukan kekeliruan malah membawanya ke rumah sakit jiwa. Ia dianggap mengalami stress berat sehingga lupa dengan anaknya sendiri. Ternyata tak hanya Christine yang dijebloskan sebagai tahanan rumah sakit. Di dalam sana ia bertemu banyak pasien yang bernasib sama dengannya. Bagi mereka yang mencoba mengkritisi kinerja LAPD akan berakhir sebagai pasien rumah sakit jiwa.






Jujur saja, awalnya saya tidak tahu bahwa Changeling diangkat dari kisah nyata. Alasan saya menonton Changeling karena ini filmnya Jolie. That’s all. Mungkin saya tidak perlu lagi membahas peforma acting Jolie disini. Selain semua orang sudah tahu betapa ia sangat cemerlang (I can’t find another the words), karena saya juga bukan ahlinya menilai seni peran.
Ketika menonton yang terpikir oleh saya ‘Wah gila, jangan sampai ini kisah nyata. Cukup kertas scriptnya aja yang nyata, jangan ceritanya (sambil ngusap air mata, he he).’ Ternyata...... oh, shit. Sehabis nonton saya pastikan pikiran itu dan menemukan fakta sebaliknya di Google. Karena entah kenapa film yang bersangkutan dengan parental, child abuse, maltreatment, buat saya gak tenang. Apa lagi kalau ternyata sungguhan terjadi. Disamping itu, saya terkesan sekali dengan seorang Christine Collins. Kegigihannya melawan lembaga kepolisian pada saat itu digambarkan jelas di film ini. Bagaimana seluruh kota pun bisa ditipu oleh LAPD. Bahkan media penyiaran pada era itu tidak mampu menembus ‘tembok’ yang dibangun oleh mereka. Hal itu mengingatkan saya pada masa reformasi di Indonesia.
Di akhir film, Christine mampu merubah keadaan. Ia memenangkan kasus ini di pengadilan. LAPD tak lagi berisikan orang-orang kejam. Sebagian pasien rumah sakit jiwa dibebaskan karena memang tidak terbukti gila. Yang terpenting, seluruh masyarakat sependapat bahwa Walter memang belum ditemukan. Bocah laki-laki yang menyamar menjadi Walter dipulangkan kembali pada orangtua aslinya. Saya sempat nyeletuk ke depan layar ‘Bu, itu anaknya jago bohong lho. Ibu juga, anaknya berbulan-bulan gak pulang apa gak panik?’, yang tentu saja tidak dapat jawaban apa-apa dari ibunya Walter palsu itu.
Setalah penantian panjang, Christine diberitahu oleh seseorang mengenai keberadaan Walter. Tak ada adegan pertemuan antara Christine dan Walter pada akhir film, mungkin karena memang Walter Collins yang asli pada tahun 1928 tidak pernah ditemukan.


The Machinist
            Cerita mengenai seorang buruh mesin yang mengidap insomnia akut sehingga sanggup tidak tidur selama setahun. Awalnya saya menonton ini karena bujukan seorang teman. Ia merekomendasikan film ini karena pada waktu itu saya juga sempat dihinggapi insomnia. Dia memang agak norak, ya. Tapi keputusan saya menonton film ini sangat tepat. Tidak, insomnia saya tidak lantas sembuh setelahnya.






            Saya menikmati alur film ini. Kita akan dibawa menyelami cerita dari sudut pandang si pesakitan. Penonton seperti dibuat mengidap insomnia akut juga. Saya sendiri awalnya sempat mengumpat ‘Ada apa ya sama orang-orang ini? Kok tingkahnya aneh? Si Christian Bale salah apa?’. Dalam hati tentunya. Potongan-potongan jawaban mulai muncul menjelang akhir cerita. Perlahan semuanya jadi terbalik. Pertanyaan tadi harusnya ditujukan untuk Bale, ‘What is wrong with you?’. Dan ya, dia belum tidur 1 tahun lamanya sehingga dia mulai berhalusinasi. Melihat orang yang tidak dilihat orang lain. Mulai berkomunikasi dengan figur khayalannya. Bertingkah sangat aneh (awalnya saya pikir dia normal! For God sake, he’s insane). Tidak sampai disitu, ternyata figur khayalan yang selalu membuntutinya itu adalah alter-ego nya sendiri. Alter-ego yang membawa kembali ingatan akan pengalaman buruknya terdahulu, ketika ia menjadi pelaku tabrak lari.
Seluruh rangkaian cerita di film ini sesungguhnya menghadirkan kemungkinan bahwa seseorang dengan depresi akut bisa melihat segala sesuatunya dalam batasan yang saru antara harapan untuk bisa menghindari kenyataan dan ketakutan yang harus ia hadapi. Hebatnya, hanya dengan menonton film ini kita bisa merasakan sensasi itu. Amazing!
Hal terakhir yang membekas adalah..... jangan harap kamu menemukan Christian Bale berbadan gagah seperti Bruce Wayne. Entah berapa kilogram lemak yang ia bakar untuk film ini sampai-sampai penampilannya kurus kering seperti tulang ikan. Salute!

No comments:

Post a Comment