Q: Dua film apakah yang
sudah ditonton tahun ini dan paling membekas dalam benak Anda sampai sekarang?
A: Changeling (2008) &
The Machinist (2004)
Changeling
Diangkat
dari kisah nyata seorang ibu tunggal di Amerika Serikat yang kehilangan
putranya pada tahun 1928. Dimana pada era itu kepolisian Amerika Serikat (LAPD)
banyak melakukan kamuflase atas kinerjanya, demi pencitraan pada masyarakat dan
media setempat.
Berawal
dari kepulangan Christine Collins (Angelina Jolie) ke rumahnya dipinggir kota
selepas kerja, ia menemukan anaknya Walter (Gattlin Griffith) tidak berada di
rumah. Tak pelak Christine panik mencari sampai meminta bantuan LAPD untuk
menemukan Walter. Beberapa bulan kemudian LAPD mengkalim bahwa mereka telah
menemukan anak yang ‘sangat’ mirip ciri-cirinya dengan Walter Collins. Bagi
LAPD, Walter telah ditemukan. Namun tidak bagi Christine. Bocah laki-laki itu
bukan anaknya. Hal ini mulai menarik perhatian media. Usaha Christine untuk
membuktikan bahwa LAPD melakukan kekeliruan malah membawanya ke rumah sakit
jiwa. Ia dianggap mengalami stress berat sehingga lupa dengan anaknya sendiri.
Ternyata tak hanya Christine yang dijebloskan sebagai tahanan rumah sakit. Di
dalam sana ia bertemu banyak pasien yang bernasib sama dengannya. Bagi mereka
yang mencoba mengkritisi kinerja LAPD akan berakhir sebagai pasien rumah sakit
jiwa.
Jujur
saja, awalnya saya tidak tahu bahwa Changeling
diangkat dari kisah nyata. Alasan saya menonton Changeling karena ini filmnya Jolie. That’s all. Mungkin saya tidak perlu lagi membahas peforma acting Jolie disini. Selain semua orang
sudah tahu betapa ia sangat cemerlang (I
can’t find another the words), karena saya juga bukan ahlinya menilai seni
peran.
Ketika
menonton yang terpikir oleh saya ‘Wah gila, jangan sampai ini kisah nyata.
Cukup kertas scriptnya aja yang nyata, jangan ceritanya (sambil ngusap air
mata, he he).’ Ternyata...... oh, shit.
Sehabis nonton saya pastikan pikiran itu dan menemukan fakta sebaliknya di
Google. Karena entah kenapa film yang bersangkutan dengan parental, child abuse, maltreatment, buat saya gak tenang. Apa lagi
kalau ternyata sungguhan terjadi. Disamping itu, saya terkesan sekali dengan
seorang Christine Collins. Kegigihannya melawan lembaga kepolisian pada saat
itu digambarkan jelas di film ini. Bagaimana seluruh kota pun bisa ditipu oleh
LAPD. Bahkan media penyiaran pada era itu tidak mampu menembus ‘tembok’ yang
dibangun oleh mereka. Hal itu mengingatkan saya pada masa reformasi di
Indonesia.
Di
akhir film, Christine mampu merubah keadaan. Ia memenangkan kasus ini di
pengadilan. LAPD tak lagi berisikan orang-orang kejam. Sebagian pasien rumah
sakit jiwa dibebaskan karena memang tidak terbukti gila. Yang terpenting,
seluruh masyarakat sependapat bahwa Walter memang belum ditemukan. Bocah
laki-laki yang menyamar menjadi Walter dipulangkan kembali pada orangtua aslinya.
Saya sempat nyeletuk ke depan layar ‘Bu, itu anaknya jago bohong lho. Ibu juga,
anaknya berbulan-bulan gak pulang apa gak panik?’, yang tentu saja tidak dapat
jawaban apa-apa dari ibunya Walter palsu itu.
Setalah
penantian panjang, Christine diberitahu oleh seseorang mengenai keberadaan
Walter. Tak ada adegan pertemuan antara Christine dan Walter pada akhir film,
mungkin karena memang Walter Collins yang asli pada tahun 1928 tidak pernah
ditemukan.
The Machinist
Cerita mengenai seorang buruh mesin yang mengidap
insomnia akut sehingga sanggup tidak tidur selama setahun. Awalnya saya
menonton ini karena bujukan seorang teman. Ia merekomendasikan film ini karena
pada waktu itu saya juga sempat dihinggapi insomnia. Dia memang agak norak, ya.
Tapi keputusan saya menonton film ini sangat tepat. Tidak, insomnia saya tidak
lantas sembuh setelahnya.
Saya menikmati alur film ini. Kita akan dibawa menyelami
cerita dari sudut pandang si pesakitan. Penonton seperti dibuat mengidap
insomnia akut juga. Saya sendiri awalnya sempat mengumpat ‘Ada apa ya sama
orang-orang ini? Kok tingkahnya aneh? Si Christian Bale salah apa?’. Dalam hati
tentunya. Potongan-potongan jawaban mulai muncul menjelang akhir cerita. Perlahan
semuanya jadi terbalik. Pertanyaan tadi harusnya ditujukan untuk Bale, ‘What is
wrong with you?’. Dan ya, dia belum tidur 1 tahun lamanya sehingga dia mulai
berhalusinasi. Melihat orang yang tidak dilihat orang lain. Mulai berkomunikasi
dengan figur khayalannya. Bertingkah sangat aneh (awalnya saya pikir dia
normal! For God sake, he’s insane). Tidak sampai disitu, ternyata figur
khayalan yang selalu membuntutinya itu adalah alter-ego nya sendiri. Alter-ego
yang membawa kembali ingatan akan pengalaman buruknya terdahulu, ketika ia menjadi
pelaku tabrak lari.
Seluruh
rangkaian cerita di film ini sesungguhnya menghadirkan kemungkinan bahwa seseorang
dengan depresi akut bisa melihat segala sesuatunya dalam batasan yang saru
antara harapan untuk bisa menghindari kenyataan dan ketakutan yang harus ia
hadapi. Hebatnya, hanya dengan menonton film ini kita bisa merasakan sensasi
itu. Amazing!
Hal
terakhir yang membekas adalah..... jangan harap kamu menemukan Christian Bale
berbadan gagah seperti Bruce Wayne. Entah berapa kilogram lemak yang ia bakar untuk
film ini sampai-sampai penampilannya kurus kering seperti tulang ikan. Salute!
No comments:
Post a Comment